Rabu, 22 Februari 2012

askep ca mammae


BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Kanker adalah penyakit dimana sel-sel ganas beranak-pinak berupa keturunan yang bersifat ganas pula (Karsono, 2007). Kanker payudara banyak dijumpai di Indonesia khususnya pada wanita, merupakan kanker terbanyak kedua setelah kanker mulut rahim. Insiden kanker payudara kira-kira sebanyak 18 per 100.000 penduduk wanita, dengan insiden seluruh kanker di Indonesia diperkirakan 180 per 100.000 penduduk. Pria juga mungkin mendapat kanker payudara, dengan kemungkinan 1:100 dari wanita (Haryana dan Soesatyo, 1993).

  1. RUMUSAN MASALAH
  1. Apakah definisi dan pengertian neoplasma?
  2. Apa saja faktor risiko dan predisposisi terjadinya carcinoma?
  3. Bagaimanakah patogenesis terjadinya carcinoma?
  4. Bagaimanakah klasifikasi neoplasma?
  5. Bagaimanakah anatomi, histologi, dan fisiologi mammae?
  6. Bagaimana diagnosis carcinoma mammae?
  7. Bagaimanakah penatalaksanaan yang tepat untuk carcinoma mammae?
  8. Bagaimana Askep teoritis pada kasus ca mammae ?

  1. TUJUAN PENULISAN
  1. Mengetahui definisi dan pengertian neoplasma.
  2. Mengetahui berbagai faktor risiko dan predisposisi terjadinya carcinoma.
  3. Mengetahui patogenesis terjadinya carcinoma.
  4. Mengetahui klasifikasi neoplasma.
  5. Mengetahui anatomi, histologi, dan fisiologi mammae.
  6. Mengetahui diagnosis carcinoma mammae.
  7. Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk carcinoma mammae.
  8. Mengetahui askep teoritis pada kasus ca mammmae








BAB II
KONSEP DASAR CA MAMMAE

1.1    Definisi
Kanker Mamae adalah sel karsinoma yang tumbuh di daerah payudara.
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40)
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas.

1.2    Etiologi
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko. Riset lebih lanjut tentang faktor-faktor resiko akan membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah kanker payudara.
Faktor predisposisi terjadinya carcinoma:
1.      Faktor geografik dan lingkungan
Karsinogen lingkungan banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Contohnya seperti sinar matahari, dapat ditemukan terutama di perkotaan, atau terbatas pada pekerjaan tertentu. Hal tertentu dalam makanan dilaporkan mungkin merupakan faktor predisposisi. Termasuk diantaranya merokok dan konsumsi alkohol kronik.
2.      Usia
Secara umum, frekuensi kanker meningkat seiring pertambahan usia. Hal ini terjadi akibat akumulasi mutasi somatik yang disebabkan oleh berkembangnya neoplasma ganas. Menurunnya kompetensi imunitas yang menyertai penuaan juga mungkin berperan.
3.      Hereditas
Saat ini terbukti bahwa pada banyak jenis kanker, terdapat tidak saja pengaruh lingkungan, tetapi juga predisposisi herediter. Bentuk herediter kanker dapat dibagi menjadi tiga kategori.
Sindrom kanker herediter, pewarisan satu gen mutannya akan sangat meningkatkan risiko terjangkitnya kanker yang bersangkutan. Predisposisinya memperlihatkan pola pewarisan dominan autosomal.
Kanker familial, kanker ini tidak disertai fenotipe penanda tertentu. Contohnya mencakup karsinoma kolon, payudara, ovarium, dan otak. Kanker familial tertentu dapat dikaitkan dengan pewarisan gen mutan. Contohnya keterkaitan gen BRCA1 dan BRCA2 dengan kanker payudara dan ovarium familial.
Sindrom resesif autosomal gangguan perbaikan DNA. Selain kelainan prakanker yang diwariskan secara dominan, sekelompok kecil gangguan resesif autosomal secara kolektif memperlihatkan cirri instabilitas kromosom atau DNA (Kumar dkk, 2007).

Faktor- Faktor Risiko Karsinoma Payudara diantaranya mencakup
1.      Usia
2.      lokasi geografis
3.      ras
4.      status sosioekonomi
5.      status perkawinan
6.      paritas, riwayat menstruasi
7.      riwayat keluarga
8.      bentuk tubuh
9.      penyakit payudara lain
10.  terpajan radiasi
11.  kanker primer kedua
(Price dan Wilson, 2006).

Berdasarkan etiologinya, patogenesis karsinogenesis dapat disebabkan oleh
1.      Karsinogen kimiawi
2.      Virus
3.      Karsinogen fisik
4.      Hormon
5.      Kokarsinogen, berupa: Diet, Umur, Keturunan, Rangsang menahun, dan Trauma
 (Tjarta dkk, 1973).

1.3    Manifestasi Klinis
Pasien biasanya datang dengan keluhan
a.       benjolan/massa di payuidara
b.      rasa sakit/nyeri
c.       keluar cairan dari puting susu
d.      timbul kelainan kulit
e.       pembesaran kelenjar getah bening/tanda metastasis jauh.
Ca payudara dapat terjadi dibagian mana saja dalam payudara tetapi mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan payudara terdapat. Ca payudara umumnya terjadi pda payudara sebelah kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas yang tidak teratur. Keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan penyakit payudara jinak. Metastasis ke kulit dapat dimanifestasikan adanya Ca payudara pada tahap lanjut
(Kapita Selekta)

1.4    Insident
Ca payudara adalah masalah kesehatan utama di AS. Indisdens keseluruhannya meningkat sampai 54% dalam 40 tahuan antara tahun 1950 dan 1989. Angka insident meningkat secara konstan sampai 1% setiap tahun hingga tahun 1980-an. Selama tahun 1970-1980-an, insident keseluruhan kanker payudara meningkat hingga 21% diantara wanita dan terus meningkat sampai 49% diantara wanita yang berusia lebih tua.
Statistik terakhir menunjukkan bahwa resiko sepanjang hidup untuk mengalami Ca payudara adalah 1 – 8 wanita. Resiko ini tidak sama untuk semua kelompok usia. Sebagai contoh, resiko untuk mengalami Ca payudara sampai usia 35 tahun adalah 1 dalam 622. Resiko mengalami Ca payudara sampai usia 60 adalah 1  dalam 24. Berdasarkan The American Cancer Society, 183.400 kasus baru Ca payudara didiagnosa pada tahun 1995, dengan perkiraan 46.240 kematian. Wanita yang didiagnosa dengan Ca payudara tahap awal mempunyai angka bertahan 5 tahun 93%. Sampai tahun 2000, hampir 2 juta wanita di AS aan terkena Ca payudara dengan lebih dari 460.000 kematian akibat penyakit ini pada tahun 1990-an.
(Buku ajar KMB, brunner dan Suddarth, edisi 8, 2002, hal 1589)

1.5    Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Mammae
Mammae terdiri dari berbagai struktur, yaitu :
  1. Parenkim epitel
  2. Lemak
  3. pembuluh darah
  4. saraf
  5. saluran getah bening
  6. Otot dan fascia
(Guyton dan Hall, 2007).

Kelenjar mammae dewasa adalah kelenjar tubuloalveolar kompleks yang terdiri atas ±20 lobi. Semua lobi berhubungan dengan duktus laktiferus yang bermuara di puting susu. Lobi dipisahkan oleh sekat-sekat jaringan ikat dan jaringan lemak (Eroschenko, 2003).
Mammae dibungkus oleh fasiapektoralis superficial dimana permukaan dan posterior dihubungkan oleh ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
Mammae mulai berkembang saat pubertas, yang distimulasi oleh estrogen yang berasal dari siklus seksual wanita bulanan; estrogen merangsang pertumbuhan kelenjar mammaria payudara ditambah dengan deposit lemak untuk memberi massa payudara.
Pertumbuhan yang lebih besar terjadi selama kehamilan. Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam stroma. Empat hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhan sistem duktus: hormon pertumbuhan, prolaktin, glukokortikoid adrenal, dan insulin. Perkembangan akhir mammae menjadi organ yang menyekresi air susu juga memerlukan progesteron. Sekali sistem duktus telah berkembang, progesteron—bekerja secara sinergistik dengan estrogen, juga dengan semua hormon-hormon lain yang beru disebutkan di atas—menyebabkan pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan alveolus, dan perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli (Guyton dan Hall, 2007).
Penurunan mendadak estrogen dan progesteron yang terjadi seiring dengan keluarnya plasenta pada persalinan memicu laktasi. Setelah persalinan, laktasi dipertahankan oleh dua hormon penting: (1) prolaktin, yang bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu, dan (2) oksitosin, yang menyebabkan penyemprotan susu (Sheerwood, 2001)

1.6    Patogenesis Terjadinya Carcinoma (Karsinogenesis)
Model klasik karsinogenesis membagi proses menjadi 3 tahap:
a.      Inisiasi
progresiInisiasi adalah proses yang melibatkan mutasi genetik yang menjadi permanen dalam DNA sel.
b.      Promosi
Promosi adalah suatu tahap ketika sel mutan berproliferasi
c.       Progresi
Progresi adalah tahap ketika klon sel mutan mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas seiring berkembangnya tumor, sel menjadi lebih heterogen akibat mutasi tambahan. Selama stadium porgresif, massa tumor yang meluas mendapat lebih banyak perubahan yang memungkinkan tumor mnginvasi jaringan yang berdekatan, membentuk pasokan darah sendiri (angiogenesis), penetrasi ke pembuluh darah, dan bermetastasis untuk membentuk tumor sekunder (Price dan Wilson, 2006)
Dalam kondisi fisiologis normal, mekanisme sinyal sel yang memulai proliferasi sel dapat dibagi menjadi langkah- langkah sebagai berikut:
a.      factor pertumbuhan, terikat pada reseptor khusus pada permukaan sel
b.      reseptor factor pertumbuhan diaktifkan yang sebaliknya mengaktifkan beberapa protein transduser
c.       sinyal ditransmisikan melewati sitosol melalui second messager menuju inti sel
d.      actor transkripsi inti yang memulai pengaktifan transkripsi asam deoksiribonukleat (DNA).
Ketika keadaan menguntungkan untuk pertumbuhan sel, sel terus melalui fase replikasi sel, Siklus sel tersebut dibagi menjadi empat fase:
a.      G1 (gap 1)
b.      S (sintesis)
c.       G2 (gap 2)
d.      M (mitosis)
Sel tidak aktif yang terdapat dalam keadaan tidak membelah disebut G 0.
Proses dasar yang sering terdapat pada semua neoplasma adalah perubahan gen yang disebabkan oleh mutasi pada sel somatik.
Ada empat golongan gen yang memainkan peranan penting dalam mengatur sinyal mekanisme faktor pertumbuhan dan siklus sel itu sendiri, yaitu :
1.      Protoonkogen
Protoonkogen, berfungsi untuk mendorong dan meningkatkan pertumbuhan normal dan pembelahan sel. Sel yang memperlihatkan bentuk mutasi dari gen ini disebut onkogen dan memiliki kemungkinan yang besar untuk berkembang menjadi ganas setelah pembelahan sel dalam jumlah yang terbatas.
2.      gen supresi tumor
Gen- Gen Supresor Tumor, berfungsi untuk menghambat atau “mengambil kerusakan” pada pertumbuhan sel dan siklus pembelahan. Mutasi pada gen supresor tumor menyebabkan sel mengabaikan satu atau lebih komponen jaringan sinyal penghambat, memindahkan kerusakan dari siklus sel dan menyebabkan angka yang tinggi dari pertumbuhan yang tidak terkontrol¬–kanker. Neoplasia adalah akibat dari hilangnya fungsi kedua gen supresor tumor. Gen supresor tumor Rb yang menyandi protein pRb penting untuk mengontrol siklus sel (master brake) pada titik pemeriksaan G1-S, sedangkan gen TP53 (yang mengkode untuk protein p53) adalah emergency brake di titik pemeriksaan G1-S namun biasanya tidak dalam perjalanan replikasi normal. Tapi bila terjadi kerusakan DNA, p53 akan memengaruhi transkripsi untuk menghentikan siklus sel (melalui ekspresi p21). Jika kerusakan terlalu berat, maka p53 merangsang apoptosis. Contoh lain gen supresor tumor adalah BRCA1 dan BRCA2 yang berkaitan dengan kanker payudara dan ovarium.
3.      Gen- Gen yang Mengatur kerja Apoptosis
Kerja gen ini mengatur apoptosis, dengan menghambat apoptosis, mirip dengan gen bcl-2, sedangkan yang lain meningkatkan apoptosis (seperti sebagai bad atau bax).
4.      Gen- Gen Perbaikan DNA.
Mutasi dalam gen perbaikan DNA dapat menyebabkan kegagalan perbaikan DNA, yang pada gilirannya memungkinkan mutasi selanjutnya pada gen supresor tumor dan protoonkogen untuk menumpuk. (Price dan Wilson, 2006).

1.7    Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya pembengkakan yang menyulitkan.
(Buku ajar KMB, brunner dan Suddarth, edisi 8, 2002, hal 1589)

1.8    Klasifikasi kanker payudara
  1. Tumor primer (T)
1.      Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
2.      To : Tidak terbukti adanya tumor primer
3.      Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
4.      T1 : Tumor < 2 cm
·         T1a : Tumor < 0,5 cm
·         T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
·         T1c : Tumor 1 – 2 cm
5.      T2 : Tumor 2 – 5 cm
6.      T3 : Tumor diatas 5 cm
7.      T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.
·         T4a : Melekat pada dinding dada
·         T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, satelit
·         T4c : T4a dan T4b
·         T4d : Mastitis karsinomatosis
  1. Nodus limfe regional (N)
1.      Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
2.      N0 : Tidak teraba kelenjar axila
3.      N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
4.      N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya.
5.      N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
  1. Metastas jauh (M)
1.      Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
2.      M0 : Tidak ada metastase jauh
3.      M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

Pentahapan Kanker Payudara dibagi menjadi 4, yaitu :
-          Tahap I
Terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai nodus limfe dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
-          Tahap II
Terdiri tas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan tidak terdeteksi adanya metastasis.
-          Tahap III
Terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm atau tumor dengan sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding dengan nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular dan tanpa bukti adanya metastasis.
-          Tahap IV
Teridri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe normal atau kankerosa dan adanya metastasis jauh.
                                                           (Kapita Selekta)
Stadium kanker payudara :
  1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas.
  2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN
  3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
  4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh
  5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
  6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
(Setio W, 2000, hal : 285)

1.9    Pemeriksaan Penunjang
-          Foto Thorax, Bone Surve, USG Abdomen, dilakukan untuk menentukan metastasis
-          Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker.
-          Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
-          CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
-          Sistologi biopsi aspirasi jarum halus
-          Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)

1.10 Pencegahan
a.       SADARI
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1.      Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter.
2.      Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.
3.      Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
4.      Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.
5.      Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan
b.      Berikan ASI pada Bayi.
Memberikan ASIpada bayi secara berkala akan mengurangi tingkat hormone tersebut. Sedangkan kanker payudara berkaitan dengan hormone estrogen.
c.       jika menemukan gumpalan / benjolan pada payudara segera kedokter.
d.      Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga. Menurut penelitian 10 % dari semua kasus kanker payudara adalah factor gen.
e.       Perhatikan konsumsi alcohol. Dalam penelitian menyebutkan alcohol meningkatkan estrogen.
f.       Perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara.
g.      Olah raga teratur. Penelitian menunjukkan bahwa semakin kurang berolah raga, semakin tinggi tingkat estrogen dalam tubuh.
h.      Kurangi makanan berlemak. Gaya hidup barat tertentu nampaknya dapat meningkatkan risiko penyakit.
i.        Usia > 50 th lakukan screening payudara teratur. 80% Kanker payudara terjadi pada usia > 50 th
j.        Rileks / hindari stress berat. Menurunkan tingkat stress akan menguntungkan untuk semua kesehatan secara menyeluruh termasuk risiko kanker payudara.
1.11 Penatalaksanaan
-          Pengobatan lokal kanker payudara
Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan adanya kanker lokal. Prosedur yang paling sering digunakan untuk penatalaksanaan kanker payudara lokal adalah mastektomi dengan atau tanpa rekonstruksi dan bedah penyelamatan payudara yang dikombinasi dengan terapi radiasi.
1.      Mastektomi radikal yang dimodifikasi : pengangkatan keseluruhan jaringan payudara dan nudus limfe aksilaris otot pektolaris mayor dan minor tetap utuh.
2.      Bedah dengan menyelamatkan payudara : klumpektomi mastektomi segmintal atau kuadrantektomi, reaksi kuadran payudara yang sakit dan pengangkatan nodus aksilaris.
-          Pada stadium lanjut lakukan tindakan paliatif
-          Non pembedahan
1.      Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
2.      Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.
3.      Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 – 1600)

























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMMAE

3.1    Pengkajian
A.        Identitas Klien
Nama                        :
Umur                        :
Agama                      :
Jenis Kelamin           :
Pendidikan               :
Pekerjaan                  :
Alamat                     :
Status Mortial          :
B.         Keluhan utama
1.      adanya benjolan yang menekan payudara
2.      adanya ulkus
3.      kulit berwarna merah dan mengeras
4.      bengkak pada payudara
5.      nyeri
C.         Riwayat penyakit sekarang
Teraba benjolan
D.        Riwayat kesehatan lalu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
E.         Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
F.          Riwayat Alergi
Pasien pernah/tidak alergi baik dari makanan ataupun obat-obatan
G.        Pemeriksaan fisik
1.      Tanda-tanda Vital
TD             :                       N    :
S                :                       RR  :
2.      Pola nafas
Irma nafas teratur, suara nafas vesikular
3.      Kardiovaskular
Irama jantung reguler, bunyi jantung normal, tidak ada bunyi tambahan (murmur)
4.      Pensyarafan
GCS :
5.      Penginderaan
a.       Mata
Pupil isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera putih
b.      Telinga
Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada serumen
c.       Hidung
Bentuk normal, tidak ada pernafasan cuping hidung.
6.      Muskuluskeletal
Kekuatan otot
5                4
5                5
Pasien tidak mau menggerakkan tangannya karena nyeri saat daerah mamae tertarik
7.      Personal Hygine

ANALISA DATA

Nama Klien    :                                                           Diagnosa Medis : Ca Mamae
No. Register   :                                                           Ruangan             : 
No.
Kelompok Data
Kemungkinan penyebab
Masalah
1
Ds   :   
·         klien mengatakan nyeri pada payudara
Do  :   
  • Nyeri tekan pada payudara
  • Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
  • Gerakan melindungi
·         Tingkah laku berhati-hati
·         Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)
·         Terfokus pada diri sendiri
·         Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
Peningkatan massa payudara
Ganggguan rasa nyaman nyeri
2
Ds   :   
·         Klien mengatakan di lipatan payudara berwarna merah
Do  :   
·         Eritema
·         Penambahan massa mammae
·         pembengkakan
Perubahan turgor (elastisitas kulit)
Kerusakan integritas kulit
3
Ds   :   
·         Klien mengatakan badannya semakin kurus
Do  :
  • Kehilangan BB dengan makanan cukup
Produksi energi berkurang
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d agen cedera biologi
  2. Kerusakan integritas kulit b.d Perubahan turgor (elastisitas kulit)
  3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (peningkatan metabolisme sel karsinoma)



INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien    :                                                                                                                                                                       Diagnosa Media         :  Ca Mamae
No. Register   :                                                                                                                                                                       Ruangan                    :
No.
Diagnosa Keperawatan
NOC
Intervensi

1
Gangguan rasa nyaman nyeri b.d agen cedera biologi
·         Pain Level,
·         Pain control,
·         Comfort level
Pain Management
·         Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
·         Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
·         Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
·         Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
·         Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
·         Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
·          Ajarkan tentang teknik non farmakologi
·         Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
·         Tingkatkan istirahat
·         Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasi
·         Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
·         Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
·         Cek riwayat alergi
·         Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
·          Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
·         Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
·         Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
·         Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

2
Kerusakan integritas kulit b.d Perubahan turgor (elastisitas kulit)
·         Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Pressure Management
·         Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
·         Hindari kerutan padaa tempat tidur
·         Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
·         Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
·          Monitor kulit akan adanya kemerahan
·         Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
·         Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
·         Monitor status nutrisi pasien
·         Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis (peningkatan metabolisme sel karsinoma)
·         Nutritional Status : food and Fluid Intake
·         Weight control
Nutrition Management
  • Kaji adanya alergi makanan
  • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
  • Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
  • Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
  • Berikan substansi gula
  • Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
  • Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
  • Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
  • Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
  • Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
  • Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
  • BB pasien dalam batas normal
  • Monitor adanya penurunan berat badan
  • Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
  • Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
  • Monitor lingkungan selama makan
  • Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
  • Monitor kulit kering dan perubahan Pigmentasi
  • Monitor turgor kulit
  • Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
  • Monitor mual dan muntah
  • Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
  •  Monitor makanan kesukaan
  • Monitor pertumbuhan dan perkembangan
  • Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
  • Monitor kalori dan intake nuntrisi
  • Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
  • Catat jika lidah berwarna magenta, Scarlet

 


BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
Ca Mamae adalah sel karsinoma yang tumbuh di daerah payudara. Ca Mamae ini bisa disebabkan karena faktor internal maupun eksternal. Tanda dan gejala yang biasa muncul pada pasien Ca Mamae adanya benjolan/massa di payudara, terasa nyeri dan terjadi pembesaran yang abnormal.

4.2    Saran
Kita harus selau waspada dan secara rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat kelainan, bisa langsung diobati sebelum mengalami tahap yang paling tinggi dan sebelum kanker payudara itu bermetastasis lebih jauh.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda