askep psikososial remaja
BAB I
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan
dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh,
minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998).
Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial,
yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya
perubahan sosial (TP-KJM, 2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan
bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah
(atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan
sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi
dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja
hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya
seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai
anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan
dewasa. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan,
namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan
bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang pasti,
konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan
pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja,
maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensidimensi tersebut
BAB II
ASKEP JIWA BERDASARKAN
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA REMAJA
A.
DEFENISI
Menurut (Stanley Hall, 1991)
Masa remaja merupakan masa dimana
dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress).Karena
mereka mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri,
kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki
rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang
yang tak memiliki masa depan dengan baik.
Menurut (Yulia S. D. Gunarsa dan
Singgih D. Gunarsa, 1991) istilah asing yang sering digunakan
untuk menunjukkan masa remaja antara lain :
1.
Puberty (bahasa
inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelaki-lakian,
kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian. Pubescence
dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada
daerah kemaluan (genetal) maka pubescence berarti perubahan yang
dibarengi dengan tumbuhnya rambut pada daerah kemaluan.
2.
Adolescentia berasal
dari istilah latin adolescentia yang berarti masa muda yang terjadi
antara 17 - 30 tahun yang merupakan masa transisi atau peralihan
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan
adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Proses
perkembangan psikis remaja dimulai antara 12 -22 tahun.
Menurut Santrock (1998)
mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan
seksual yang terjadi pada masa
awal remaja.
Menurut Stanley Hall (dalam
Santrock, 1998) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun.
Menurut Erikson masa remaja adalah
masa yang akan melalui krisis dimana
remaja berusaha untuk mencari identitas diri (Search for self -Identity)
(Dariyo, 2004)
Remaja : masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang
ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis & psikososial.
1.
Remaja awal (13-14 thn)
2.
Remaja Tengah (15-17 Thn)
3.
Remaja akhir (18-21 Thn)
B. CIRI-CIRI MASA REMAJA
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja
terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi selama masa remaja.
1. Peningkatan
emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan
sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam
kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan
dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak
lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa
kuliah.
2. Perubahan
yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka
sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal
seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat
berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3. Perubahan
dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa
remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak
digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka
remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang
lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja
tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4. Perubahan
nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi
kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
5. Kebanyakan
remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi
mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung
jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka
sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
C. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa
(1991) antara lain :
1. Memperluas hubungan
antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik
laki-laki maupun perempuan
2. Memperoleh peranan social
3. Menerima kebutuhannya
dan menggunakannya dengan efektif
4. Memperoleh kebebasan
emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5. Mencapai kepastian akan
kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
6. Memilih dan
mempersiapkan lapangan pekerjaan
7. Mempersiapkan diri dalam
pembentukan keluarga
8. Membentuk sistem nilai,
moralitas dan falsafah hidup
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001)
mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity
confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang
diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri
agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self
yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds &
Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk
menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia
akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang remaja untuk
melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat
yang dimilikinya.
D.
DIMENSI REMAJA
1.
Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang
anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua
jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan
dengan pertumbuhan, yaitu:
a.
Follicle-Stimulating Hormone (FSH)
b.
Luteinizing Hormone (LH).
Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen
dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing
Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH)
merangsang pertumbuhan
testosterone.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut
di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan
mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah
aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara,
otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon
testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak
awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
2.
Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean
Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan
tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations).
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki
pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga
mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah
beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi
seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan
menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan
operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk
Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu
sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini.
Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional
konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum
mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan
sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajarmengajar
satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir
anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang
cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak
memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan
mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap
pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa
berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
3.
Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai
bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya
sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978)
menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam
menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka,
misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi
menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan
pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara
kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya
dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian
besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang
selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek
dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia
menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa
dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning)
pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan
antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya.
Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan
“kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap
"pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama
ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan
sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia
sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi
itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan
menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini
lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan
jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai
yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar
jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis,
apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai
tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam
memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri
remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan
alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik.
Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku
akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban
di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya
jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan
dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan
orangtua mungkin akan mulai menajam.
4.
Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada
masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil
penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan Reed Larson
(1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk
berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”,
sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama.
Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari
di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat,
hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja
mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness).
Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap
bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti
mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu
membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap
diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir
dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam
di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada
kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi
lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”.
Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan
berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia
nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata
memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi
atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan
oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai
dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan
angan-angan mereka dengan kenyataan.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba
mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat”
dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian
karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka
pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk
mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang
dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu
bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang
sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jatidiri positif pada
remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri
dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih
tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah
itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan
dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan
oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan
idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja
Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada
remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan –
kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah
perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negative pada remaja.
Perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan
alcohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas social yang berganti –
ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan, selancar
udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997).Alasan perilaku yang
mengundang resiko adalah bermacam – macam dan Berhubungan dengan
dinamika fobia balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap
tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok
seperti tekanan teman sebaya.
E.
PERMASALAHAN REMAJA
1.
Remaja dan rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu
pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat
memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan
dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya.
Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif
bagi tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang
merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk
menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya
tersebut tidak melanggar norma (
permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan
kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan
orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat
tertarik kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok
a.
Pengaruh Orangtua
Salah satu temuan tentang remaja
perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak
bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding
anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer
& Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
b.
Pengaruh teman.
Berbagai fakta mengungkapkan
bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan
teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut
ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan temanteman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri
remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja
perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang
perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
c.
Faktor Kepribadian.
Orang mencoba untuk merokok
karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau
jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang
bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas
sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah (Atkinson,N1999).
d.
Pengaruh Iklan.
Melihat iklan di media massa dan
elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan
atau glamour, membuat remajaNseringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun
IX,1991).
2.
Penyimpangan seks pada remaja
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja
sangatlah diperlukan agar mereka tidak "kuper" dan "jomblo"
yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak pengetahuan".
Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan. Mungkin
mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada
yang bersikap terpuji benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang
menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian
dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika
kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja
itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada
diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks.
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ
reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami
kematangan. Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang
mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun
non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu
remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja
terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah
kehamilan yang terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan
tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya
mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya
jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah
sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi
tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut
tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut.
Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat
kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat
perhatian pemerintah. Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani
remaja sebagai individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas
pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber
kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa
sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana,
perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan
remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan
keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan.
Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang juga
sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa
remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS
Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS
adalah
a.
Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman dan
upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda. Kurangnya informasi
ini disebabkan adanya nilai-nilai agama, budaya, moralitas dan lainlain, sehingga
remaja seringkali tidak memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan
reproduksi yang sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai
resiko, termasuk penularan HIV/AIDS.
b.
Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan seksual.
Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu dan mencoba-coba sesuatu yang
baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan narkoba.
c.
Adanya informasi yang menyuguhkan
kenikmatan hidup yang diperoleh melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya
yang disampaikan melalui berbagai media cetak atau elektronik.
d.
Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks, misalnya
untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
e.
Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai
periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat
f.
Informasi mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup
menyebar di kalangan remaja. Banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah
mengenai HIV/AIDS.
g.
Remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat pelayanan kesehatan
reproduksi dibanding orang dewasa. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
remaja yang terkena HIV/AIDS tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, kemudian
menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol
3.
Remaja dan penyalahgunaan minuman keras dan narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),jumlah
kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998 - 2003 adalah 20.301 orang,
di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun
Definisi dan Macam – Macam Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan
Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam
tubuh manusia, baik secara oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat
mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba
dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi ) fisik dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997).
Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
a.
Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium
obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja
b.
Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran
dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan
perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara
lain: · Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin,
Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD
(Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah
bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai
pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat,
seperti: Alkohol.
Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau
melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan.
Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena
terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh
seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat
tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi
atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada
fisik, psikis maupun sosial seseorang.
a.
Dampak Fisik:
1)
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2)
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi
akut otot jantung, gangguan peredaran darah
3)
Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4)
Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5)
Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur
6)
Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual
7)
Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan
periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid)
8)
Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C,
dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya
9)
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian
b.
Dampak Psikis:
1)
Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2)
Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3)
Agitatif, menjadi ganas dan
tingkah laku yang brutal
4)
Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5)
Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
c.
Dampak Sosiai:
1)
Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2)
Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3)
Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat.
Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila
terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan
psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya
sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial
seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif,
dll.
F.
MENANGANI MASALAH YANG TERJADI PADA REMAJA
Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi
pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah
masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik
diri, kesulitan belajar, depresi dll.
Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari
berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa.
Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini digantungkan.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
upaya untuk mencegah
semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja,
yaitu antara lain :
1.
Peran Orangtua :
a.
Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
b.
Membekali anak dengan dasar moral dan agama
c.
Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
d.
Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
e.
Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga
lingkungan yang sehat
f.
Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
g.
Hindarkan anak dari NAPZA
2.
Peran Guru :
a.
Bersahabat dengan siswa
b.
Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
c.
Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
d.
Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
e.
Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
f.
Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
g.
Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
h.
Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
i.
Mewaspadai adanya provokator
j.
Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
k.
Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara
sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial
l.
Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
3.
Peran Pemerintah dan masyarakat :
a.
Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
b.
Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui
olahraga dan bermain
c.
Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
d.
Memberikan keteladanan
e.
Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara
tegas
f.
Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
4.
Peran Media :
a.
Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
b.
Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
c.
Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya
khusus untuk remaja
G.
REMAJA DAN PERILAKU HIDUP SEHAT
Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja:
1.
Mengerti tujuan hidup
2.
Memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan kematangannya.
3.
Bergaul dengan bijaksana
4.
Terus menerus memperbaiki diri
Dengan demikian remaja dapat diharapkan menjaga remaja
yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran
dan harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor
yang berkembang pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional,
spiritual. Kecepatan perkembangan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Fisik 35%
2.
Intelektual 20%
3.
Emosional 30%
4.
Spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor
lainnya berkembang tidak sama besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah
yang menimbulkan kejanggalan dan berpengaruh terhadap perilaku remaja.
Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri,
orang lain serta hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina?
Kadangkadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain
dianggap sebagai orang tua, teman.
Hubungan dirinya dengan orang lain dianggap bersifat:
1.
Otoriter ------- demokratis
2.
Tertutup ------- terbuka
3.
Formal ------- informal
Semua tersebut di atas dalam keadaan "dalam
perjalanan menuju" Sehingga dapat dilihat segalanya masih dalam proses dan
tidak berada dalam kutub atau masa anak-anak ataupun kutub atau masa dewasa.
"Dalam perjalanan menuju" ini yang menonjol adalah:
1.
Fisik yang kuat
2.
Emosi yang cepat tersinggung
3.
Sering mengambil keputusan tanpa berfikir panjang
4.
Pertimbangan agama, falsafah, ataupun tatakrama hanya kadang-kadang saja
dipakai
Dan "Dalam perjalanan menuju" yang paling
penting diketahui oleh remaja adalahbagaimana remaja dapat berproses :
1.
Menuju fisik yang ideal
2.
Menuju emosi kelakian ataupun kewanitaan yang utuh
3.
Menuju cara berfikir dewasa
4.
Menuju mempercayai hal-hal yang agamais, bersifat falsafah dan bersifat tata
krama
BAB III
PROSES KEPERAWATAN JIWA
BERDASARKAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA REMAJA
A. PENGKAJIAN
Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuan remaja untuk mencapai
identitas dirinya yang meliputi peran, tujuan pribadi, dan keunikan atau ciri
khas diri. Kemampuan ini tercapai melalui serangkaian tugas perkembangan yang
harus diselesaikan oleh remaja. Jika tidak mencapai kemampuan tersebut, remaja
akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian
sehingga terjadi gangguan konsep diri.
Karakteristik perilaku remaja
TUGAS PERKEMBANGAN
|
PERILAKU REMAJA
|
Perkembangan yang normal:
Pembentukan identitas diri
|
·
Menilai diri secara objektif
·
Merencanakan masa depannya
·
Dapat mengambil keputusan
·
Menyukai dirinya
·
Berinteraksi dengan lingkungannya
·
Bertanggung jawab
·
Mulai memperlihatkan kemandirian dalam keluarga
·
Menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan orang lain yang menurutnya
mampu
|
Penyimpangan perkembangan :
Bingung peran
|
·
Tidak menemukan ciri khas (kekuatan dan kelemahan) dirinya
·
Merasa bingung, bimbang
·
Tidak mempunyai rencana untuk masa depan
·
Tidak mampu berinteraksi dengan lingkungannya
·
Memiliki perilaku antisosial
·
Tidak menyukai dirinya
·
Sulit mengambil keputusan
·
Tidak mempunyai minat
·
Tidak mandiri
|
Pengkajian yang berhubungan dengan Keluarga
1.
Identitas
2.
Riwayat & tahap perkmbangan keluarga
3.
Lingkungan
4.
Struktur keluarga
5.
Fungsi keluarga
6.
Penyebab masalah keluarga dan
7.
koping yang dilakukan keluarga
Pengkajian yang berhubungan dengan anak remaja
1.
Status kesehatan sekarang dan masa lalu
2.
Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
3.
Pola aktivitas dan latihan
4.
Pola nutrisi
5.
Pola eliminasi
6.
Pola istirahat
7.
Pola kognitif persepsual
8.
Pola toleransi stress/koping
9.
Pola seksualitas dan reproduksi
10. Pola peran dan hubungan
11. Pola nilai dan kenyakinan
12. Penampilan umum
13. Perilaku selama wawancara
14. Pola komunikasi & Pola asuh
orang tua
15. Kemampuan interaksi
16. Stresor jangka pendek &
jangka panjang
B.
MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
MUNCUL
1.
Koping individu tidak efektif
2.
Perilaku destruktif
3.
Depresi
4.
Nutrisi kurang/lebih
5.
Resiko terjadi cedera
6.
Resiko terjadi penyimpangan seksual
7.
Kurang perawatan diri
8.
Distress spritual
9.
Resiko penyalahgunaan obat
10. Potensial peningkatan kebugaran fisik
11. Potensial peningkatan aktualitasi
diri.
12. Konflik keluarga
13. Gangguan citra tubuh
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Potensial (normal) : potensial
pembentukan identitas diri
Risiko (penyimpangan) : risiko
bingung peran
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan tindakan keperawatan untuk
perkembangan psikososial remaja :
1.
Remaja mampu meyebutkan karakteristik perkembangan psikososial yang
normal dan menyimpang
2.
Remaja mampu menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial yang
normal
3.
Remaja mampu melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan psikososial
yang normal
TUGAS PERKEMBANGAN
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
|
Perkembangan yang normal :
Pembentukan identitas diri
|
·
Diskusikan ciri perkembangan psikososial remaja yang normal dan
menyimpang
·
Diskusikan cara untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal
-
Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain yang membuatnya
nyaman mencurahkan perasaan, perhatian dan kekhawatiran
-
Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan
positif (olahraga, seni, bela diri, pramuka, keagamaan)
-
Anjurkan remaja untuk melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan
perannya
·
Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana kegiatan dan
melaksanakan rencana yang telah dibuatnya
|
Penyimpangan perkembangan :
Bingung peran
|
·
Diskusikan aspek positif/kelebihan yang dimiliki remaja
·
Bantu mengidentifikasi berbagai peran yang dapat ditampilkan remaja
dalam kehidupannya
·
Diskusikan penampilan peran yang terbaik untuk remaja
·
Bantu remaja mengidentifikasi perannya di keluarga
|
Tujuan tindakan keperawatan untuk
keluarga :
1.
Keluarga mampu memahami perilaku yang menggambarkan perkembangan remaja
yang normal dan menyimpang
2.
Keluarga mampu memahami cara menstimulasi perkembangan remaja
3.
Keluarga mampu mendemonstrasikan tindakan untuk menstimulasi
perkembangan remaja
4.
Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk mengembangkan kemampuan
psikososial remaja
Tindakan keperawatan untuk
keluarga :
1.
Jelaskan ciri perkembangan remaja yang normal dan menyimpang
2.
Jelaskan cara yang dapat diilaukan keluarga untuk memfasilitasi
perkembangan remaja yang normal
a.
Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dengan kelompok sebaya
b.
Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang membuatnya nyaman
mencurahkan perasaan, perhatian, dan kekhawatiran
c.
Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan
positif
d.
Berperan sebagai teman curhat bagi remaja
e.
Berperan sebagai contoh bagi remaja dalam melakukan interkasi sosial
yang baik
f.
Beri lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan aktifitas bersama
kelompoknya
3.
Diskusikan dan demonstrasikan tindakan untuk membantu remaja memperoleh
identitas diri
4.
Diskusikan rencana tindakan yang akan di lakukan keluarga untuk
memfasilitasi remaja memperoleh identitas diri
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Remaja : masa transisi/ peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang
ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,psikis & psikososial.
1.
Remaja awal (13-14 thn)
2.
Remaja Tengah (15-17 Thn)
3.
Remaja akhir (18-21 Thn)
Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuan remaja untuk mencapai
identitas dirinya yang meliputi peran, tujuan pribadi, dan keunikan atau ciri
khas diri. Kemampuan ini tercapai melalui serangkaian tugas perkembangan yang
harus diselesaikan oleh remaja. Jika tidak mencapai kemampuan tersebut, remaja
akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada rapuhnya kepribadian
sehingga terjadi gangguan konsep diri.
Diagnosis keperawatan :
Potensial (normal) : potensial
pembentukan identitas diri
Risiko (penyimpangan) : risiko
bingung peran
B.
SARAN
Diharapkan teman-teman dari
mahasiswa mau membaca makalah ini, karena sangat berguna untuk pengembangan
ilmu pengetahuan. “jangan katakan tidak mampu sebelum mencoba”. Kita sama-sama
di berikan akal fikiran oleh Allah SWT, jadi jangan di sia-siakan, manfaatkan
fasilitas yang ada seefisien dan sebaik mungkin.